Rabu, 15 April 2009

Citra Diri

Dari pengalaman gue bergaul, gue nemuin berbagai cara orang-orang membentuk citra diri dan membangun citra diri.
  • Type dengan motto: Saya merasa hebat sejauh orang lain menganggap saya hebat. Menunjukkan hal-hal positif yang ada dalam diri mereka, pada saat yang sama menyembunyikan hal negatif. Jaim habis-habisan, panik kalo kelemahan mereka terbeberkan. Sebisa mungkin melakukan pemadaman kebakaran kalo citra mereka tercoreng. Ironisnya, dalam kasus ekstrim, type ini sering mengidap penyakit gede rasa. Mengira dirinya hebat di mata orang lain, padahal sebaliknya yang terjadi.
  • Type dengan motto: Saya merasa hebat, sejauh orang lain kalah hebat dari saya. Meninggikan diri dengan cara merendahkan orang lain. Mereka hanya merasa positif, kalau sekitarnya lebih negatif dari diri mereka. menyambut dengan sukacita kalo ada berita yang membeberkan sisi negatif orang lain.
  • Type dengan motto: Saya adalah saya, gak tergantung apa pandangan orang tentang saya. Lah wong yang paling mengenal diri saya ya saya sendiri. Nggak merasa perlu pamer, gak ada impuls merendahkan orang lain. label nggak begitu penting bagi mereka. instead of ngejudge mereka cenderung understanding.
***

Setelah gue pikir-pikir, gimana orang ngebentuk citra diri itu tergantung sejarah hidupnya dan gimana dia terbentuk. (ini topik lain yang bisa panjang bahasannya). Juga tergantung pada "MODAL" yang mereka miliki,
  • Type 1: "Modal" mereka ok ... pantes koq mereka bangga ama prestasinya, kalo dalam bahasa inggris they deserve the credits kalo bahasa jawa: sembada. Paling kalo udah berlebihan dan caranya kasar orang-orang cuma menggerutu: "halah ... gasah dipamerin kita juga dah pada tau koq"
  • Type 2: "Modal" mereka terbatas … sebetulnya mereka sadar sedikit hal positif yang bisa ditonjolkan dalam diri mereka, yang positif itupun biasa-biasa saja. satu-satunya cara untuk membuat hal biasa itu jadi menonjol ya dengan cara mengontraskan hal biasa tersebut dengan keburukan orang lain. Kadang kalo sulit menemukan keburukan orang lain, mereka make strategi "labeling" label yang netral direkayasa menjadi label negatif (stereotyping), atau memanfaatkan prasangka masyarakat terhadap label tertentu.
Di marketing dan politik, strategi ini bisa sukses juga. dalam politik kita kenal istilah black campaign, misalnya McCain lebih banyak menunjukkan keburukan Obama, ketimbang mengkampanyekan programnya sendiri. tapi kalo dalam personal relationship ... hmmmmmm

***

Q: Tapi ada juga tipe yang menunjukkan kesan negatif pada dirinya dan melihat orang lain jauh lebih hebat dari dia, sehingga menimbulkan efek "kasihan" sama orang tipe ini. Adanya cerita sedih mulu, selalu ngeliat dari sisi negatif. Gw lumayan banyak ketemu tipe orang seperti ini, ujung2nya mereka sering rugi2 sendiri deh

A: Memang dalam rangka mendapat acceptance/simpati/empati, bisa juga pake strategi mengiba-iba meminta belas kasihan.Tetapi, yype "menunjukkan kesan negatif pada dirinya" ini masih bisa dibagi dua:
  • Menunjukkan kesan negatif dengan cara mengiba-iba, biar dapet simpati dari orang lain. Moto mereka: saya merasa berarti ketika saya dikasihani orang lain
  • Menunjukkan kesan negatif supaya gak take life too seriously after all we are human ... apalagi kalo dalam situasi guyub mentertawakan kebodohan-kebodohan diri sendiri ...bisa seru dan kocak banget loh. Moto mereka: gue kadang-kadang stupid, so what?
***

Q: Ada juga yang merendahkan dirinya supaya ditinggikan oleh orang lain kan?

A: Merendahkan diri kan ngarepin dibantah ... biar dapet pujian berkali-kali. Merendahkan diri bisa juga jadi cara untuk menunjukkan bahwa standard yang dipuji lebih tinggi dari yang memuji: “prestasi lu hebat yak” ... dijawab: “ah biasa aja koq” ... ini bisa dianggap ekspresi kesombongan ... standard prestasi loe rendah banget sih ... biasa aja koq dibilang hebat.

Moto mereka: biar ditinggikan orang, kalau perlu pake cara merendahkan diri, pujian sekali gak cukup, mesti ditegesin. Saya merasa hebat sejauh orang lain mengira saya rendah hati (kontradiksi bukan?)

Contoh mendapat pujian berkali-kali dengan cara merendahkan diri

gue: kamu cute (pujian pertama)
dia: ah nggak koq, cakepan juga si X noh
gue: iiiiih nggak banget ... cakepan kamu tauk (pujian kedua)
dia: masa siiiiiiiih ...
gue: bener koq ... sueerrr ... cakepan kamu (pujian ketiga)

Gampang kan caranya supaya dipuji berkali-kali? Tapi kalau lawan bicaranya jail, strategi untuk mendapatkan pujian berkali-kali bisa gagal. Contohnya seperti ini:

gue: kamu cakep (dalam hati ... preeetttttt)
dia: ah nggak koq, cakepan juga si X noh
gue: uuuuummmmmmm ... iya juga ya ... sorry gue gak pake kacamata
dia: (sewot) koq setuju siiiiiiiiiiiiih????????

Aneh kan, biasanya orang senang kalau pendapatnya disetujui, tapi ini malah sewot ketika pendapatnya disetujui. Berarti ketika dia mengatakan “ah nggak koq, cakepan juga si X noh” sebetulnya dia ingin dibantah, dengan demikian mendapat pujian lagi,lagi dan lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar