sang saya dalu araras, abyor lintang kumedhap, tis-tis sonya tengah wengi, lumrang gandaning puspita
Waktu
masih SMP, saya diwajibkan oleh almarhum ayah saya, yang pernah menjadi
pemain wayang orang juga, untuk belajar tari jawa. Mulai dari Gatutkaca
gandrung, Gambir anom, Minak Jinggo Dayun, dan beberapa lagi yang saya
lupa.
Sayapun sempat gebyakan (dipentaskan), membawakan tari
Gatutkaca Gandrung dengan kumis palsu tebal yang melintang di bibir.
Gebyakannya di salah satu gedung wayang orang di Surabaya, yang letaknya
di salah satu gang kecil di Pande Giling. Saya rasa gedung wayang orang
itu sudah punah ditelan jaman.
Kenangan manis itu masih terbawa
terus sampai sekarang dan nonton wayang di Bharata Kalilio Senen sudah
menjadi ritual menyenangkan hampir tiap malem minggu, terutama kl
lakonnya bagus. Saya selalu dianter sopir, istrinya, dan anaknya si
Rizky. Saya nonton wayang, sopir dan keluarga pesiar nonton air mancur
menari di monas, dapet lemburan pula. Everybody happy.
Ada dua
jenis lakon yang dipentaskan dalam wayang: (i) lakon klasik yang diambil
dari Mahabartha atau Ramayana, misalnya Gugurnya Abimanyu, (ii) lakon
carangan, cerita hasil pengembangan cerita klasik, misalnya Petruk Dadi
Ratu. Memang di tengah dunia Chronocracy ini, waktu seakan berhenti di
gedung Bharata, di Jakarta pusat yang tak pernah tidur. Namun saya
menikmati sekali waktu yang "berhenti" tersebut.
Nonton
wayang di Bharata itu seru dan berbeda sekali dengan konsep nonton
konser di barat yang harus resmi, sopan, dan penuh aturan. Nonton wayang
tidak lengkap kalau tidak ada jeritan anak kecil, suit-suit, tepuk
tangan dan celetukan-celetukan. Yang lebih seru lagi, kita bisa makan di
tengah-tengah pertunjukan. Selalu ada yang beredar menawarkan indomie,
ketoprak, nasi goreng, merakyat dan gayeng sekali. Tapi bisa juga
memilih makan di luar sebelum pertunjukkan dimulai.
Kerinduan
untuk belajar menari jawa lagi itu masih terus membara di diri saya.
Kemarin saya sudah ditawari oleh pedagang rokok yang merangkap penjaga
TK dekat rumah untuk menggunakan aula TK tesebut di hari minggu untuk
belajar nari. Sekarang tinggal mencari guru privat. Kalau itu
terlaksana, puaslah hidup saya. Terima kasih juga tak henti saya ucapkan
ke almarhum ayah saya yang memperkanalkan saya pada dunia yang indah
ini. :D
Meruya, June 2009
Jumat, 29 Juni 2012
Langganan:
Postingan (Atom)